link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Selasa, 05 April 2011

Keliling Dunia dalam 23 Hari

Di LA kami menginap di Holyday Hotel Anaheim, lokasinya gak jauh dari Disneyland, sehingga bisa jalan kaki mengunjungi Disneyland, acar selanjutnya adalah mengunjungi Universal Studio lihat bagaimana film dibuat; Kingkong, Benji, Night Rider dll, lalu berkeliling Holywood ngintip rumah para bintang film beken, dan sempat mampir ke Rodeo Drive tempat mahal belanjanya para orang kaya dunia. Di LA juga sempat ke Chines Theater sekalian lihat “hall of fame” nya para bintang ternama.

Keliling Dunia dalam 23 Hari

by: Bambang Purwanto

Pada tahun 1992 penulis dan rombongan mendapat kesempatan mengikuti “overseas training”  atau semacam pelatihan operasi dan pemeliharaan air minum di Perusahaan Air Minum Manheim Jerman  dan belajar mengenal “partisipasi swasta disektor air minum” di PAM Exeter Inggris.

Rombongan dibagi dua  penulis ditambah direksi salah satu PDAM di Jateng  dan seorang pejabat dari Propinsi Jateng masuk rombongan pertama yang mengikuti pelatihan secara penuh termasuk hal-hal yang teknis detail ceriteranya, sedangkan rombongan kedua (boss penulis dan pak walikota) nanti bergabung di Frankfurt untuk melakukan peninjauan lapangan dan  kunjungan resmi ke kantor pejabat disana dan acara seremonial lainnya.

Tanggal 24 Agustus 1992 dengan menggunakan Luftansa rombongan pertama berangkat menuju Frankfurt dan atas kebaikan petugas travel “BB” rombongan penulis dapat “di-upgrade”dari kelas ekonomi menjadi bisnis tanpa tambahan biaya apapun alias gratis. Sampai di Bandara Frankfurt masih pagi dan penulis langsung naik taksi menuju Manheim yang kami sempat kesengsem lha wong taksinya mersedes kinyis-kinyis baru ya wus wus lewat autobahn gak kerasa. Sampai di Manheim kami langsung menuju kantor sponsor penyelenggara yang langsung membuat mereka bingung lho kok sudah nyampe sampeyan gak kontak-kontak sebelumnya, kami hanya cengar-cengir saja (dalam hati berkata jagoan dilawan).

Kami menginap di City Hotel Manheim, hotelnya mungil pinggir jalan namun jangan ditanya kebersihannya yang prima. Kami sempat makan siang diajak salah satu petinggi disana dengan menu ati sapi goreng bumbu semur dan kentang goreng yang rasanya maknyus, cocok dengan lidah melayu kami. Dari Menhein setelah sempat menginap semalam kami selanjutnya menuju London lewat udara menghemat waktu  turun di bandara Heathrow langsung setelah urusan imigrasi selesai kami ke Victoria Stasiun untuk naik kereta api menuju Lends End tempat tinggal salah seorang teman baik kami dan memang kami rencananya nginap disana sebelum ke PAM Exeter.

Kalau anda melihat peta Inggris Raya (The Great Britain) kota kecil Lends End ini letaknya memang diujung pulau Inggris kebarat lagi hanya laut yang membatasi oleh karena itu disebut Lends End. Sampai di Easson Cottage (rumah teman kami) pagi hari kami langsung dipersilahkan masuk kamar dan langsung jos “guher” kecapaian, tahu-tahu tuan rumah membangunkan kami dan mengajak makan malam, yang membingungkan dan “surprise” bagi kami bahwa dikota kecil dan terpencil diujung dunia  terdapat “restoran cina” yang menghidangkan nasi, bakmi dan ayam goreng krispi dan langsung tanpa basa basi kami santap (maklum sudah beberapa hari gak ketemu nasi).

Hari berikutnya kami ke PAM Exeter untuk melihat bagaimana mereka sukses menjalin kerjasama dengan mitra swastanya, bagaimana proses awal kerjasama, perhitungan tarif, capex, opex, “water charging”nya (maaf jadi agak teknis nih), dan inilah hasil “debirokratisasinya yang diperkenalkan oleh PM Margret Tatcher, di Inggris sampai sekarang menganut paham siapa yang bisa melayani kebutuhan infrastruktur bagi rakyat Inggris dengan tarif murah dan pelayanan  prima dia boleh berusaha di Inggris, sekarangpun yang mengelola sampah di London adalah mitra Perancisnya, jadi masalah nasionalisme nomer dua yang nomer satu pelayanan masyarakatnya.

Yang bikin krasan kami semua sewaktu dalam perjalanan naik mobil di Inggris adalah kami disuguhi musik dangdut yang jadi musik kesukaan  paklik Fred tuan rumah kami yang kemana-mana menemani kami. Berlalu lintas di Ingrris bagi orang Indonesia tidak terlalu masalah soalnya menganut “sistim lalu lintas kiri” jadi dijamin kalaupun anda harus nyopir no  problemlah.

Sambil menyelam minum air ibaratnya kami sempat mengunjungi tempat2 wisata favorit disekitar Lands End Hayle, lihat Hotel pertama  yang dibangun disana dan juga angkutan bus pertama yang ditarik oleh kuda beban, kawasan ini hanya ramai pengunjung wisatawan pada saat liburan musim panas saja, selain waktu itu sepi.
Setelah kunjungan ke PAM Exeter kami menuju bandara Heathrow London ke Frankfurt, sampai di Frankfurt luchtahen  (bandara) cari stasiun KA yang tidak jauh dari situ  tujuan menuju Leuven Belgia, sekalian napak tilas tempat kuliah penulis ambil S2 yang sudah 10 tahun belum ditinggal sejak 1982. Di Leuven sudah larut malam kami bertiga nginap di hotel dekat stasiun KA di Centrum of Leuven, paginya setelah sarapan roti panggang dan rebus telur ditambah sayur kacang merah saus tomat kami langsung cabut jalan2 seputar kota, dari centrum ke Heverlee turun di Ter Bank (asrama mahasiswa di Katholieke Universiteit te Leuven disingkat KUL).

Tujuan selanjutnya adalah Wina (Viena) permasalah timbul salah satu rekan kami tidak sempat ambil visa Austria jadi dia nggak bisa ikut ke Wina (waktu itu belum ada fasilitas “schengen” jadi harus ambil visa satu persatu negara, demikian juga mata uang masing2 negara punya mata uang yang berbeda). Aneh tapi nyata rekan kami yang kami tinggal juga tidak mengusai bahsa Inggris maupun asing lainnya, jadi di stasiun perbatasan Jerman-Austria dia kami tinggal sambil membawa secarik kertas yang menerangkan bahwa dia lagi menunggu temannya yang sedang ke Wina he he he.

Sampai di Winapun kami jalan2 sambil was2 alias gak enjoy full habis mikirin temen kami kalau ada apa2, sorenya kami langsung kembali sambil menjemput teman kami dan turun di Stutgart. Keluar stasiun sambil jalan2 dipusat keramaian mau cari penginapan tiba2 terdengar ada dua orang bicara bahasa  Jawa, langsung kami sergap kami tanya dimana ada penginapan yang dekat, tahu2 mereka menawarkan  untuk menginap  diapartemen salah satu dari mereka, pucuk dicinta ulam tiba kata pepatah, mereka adalah dosen salah satu perguruan tinggi di Indo yang sedang kuliah S3, setelah mandi dan berpakaian rapi kita makan  malam bersama di Indonesian Resto walah eunaak tur wareg tenan, malamnya tidur nyenyak.

Pagi hari setelah sarapan dan ngobrol basa-basi kami mengucapkan terima kasih dan mohon pamit dan langsung naik kereta dari stasiun Stutgart menuju Manhein markas sementara kami sambil menunggu kedatangan rombongan kedua. Besoknya rombongan kedua datang kami sempat jalan2 di Frankfurt melakukan “kunjungan kehormatan ke kantor tuan rumah” dan kunjungan lapangan ke Instalasi Pengolahan Air Minum kota Maheim.

Besoknya rombongan dibagi dua rombongan 5 orang jalan2 di Eropa sedangkan penulis berdua ke New York, ini pengalaman pertama penulis ke Amerika dan mumpung waktu tempuhnya juga cukup pendek sekitar 7 jaman (lagi2 ini hasil reroute penerbangan penulis) masih naik Luftansa. Sampai di La Gardia Internasional Airport yang lumayan besar dimana setiap penerbangan punya counter masing dan lihat ada dua pesawat yang lagi take off bareng cukup bikin penasaran penulis. Kami langsung ke Hotel Radison istirahat masih jetleg, besoknya sudah sempat menjelajah New York dimulai dari naik ke puncaknya “Empire State Building” salah satu bangunan tertinggi didunia,  lihat markas PBB dan tak boleh ketinggalan pergi ke Liberty Statue naik ferry dari Manhattan, pulangnya ketinggalan bis terpaksa naik taksi habis hari sudah gelap menjelang malam.

Keesokan harinya sudah harus ke bandara Dulle Int Airport untuk terbang jarak pendek ke Washington,  yang saya perhatikan efisiensi penerbangan  United Airline dari mulai ngurus checkin sampai ngatur naik pesawat Cuma dilakukan oleh seorang bude setengah sepuh, waduh betapa efisiennya.
Di Washington kami menginap di Comfort Inn lokasinya ditengah kota jadi cukup jalan kaki keseluruh obyek turis disana mulai dari Museum2, Gedung Putih, Lincoln Memorial, National Monumen, Vietnam dan Korea Memorial dan dilanjutkan “tamasya” ke Arlington Cemetery lihat kuburan para pahlawan Amerika, sungguh waktu itu semua masih serba aman (belum ada americanoid terorist akibat serangan World Trade Center).
Perjalanan udara berikutnya adalah dari Washington ke Las Vegas via Chicago cukup lama dari pantai timur Amerika ke pantai barat, di Chicago pesawat kami mengalami keterlambatan dan kepada masing2 penumpang diberikan voucher seharga US @ 25 yang kami tukarkan makmin di resto  yang hasilnya cukup lumayan banyaknya lumayan buat cemilan.  Bandara-bandara di Amerika punya ciri sendiri-sendiri misalnya di Las Vegas dari tempat parkir ke terminal naik kereta semacam skyline di Changi Airport (Chicago dengan bus yang bisa naik turun mirip di Johanesburg).

Dari bandara naik taksi langsung ke Hilton Hotel tempat kami menginap dan yang buat kami kaget adalah di lantai dasar setiap hotel disana sudah langsung tersedia bermacam-macam perjudian dari mulai jackpot sampai judi kartu dan lain2nya, hotel dan makanan cukup murah (bahkan saya menemukan untuk buffet hanya US $1.9) dengan tujuan agar tamu betah berjudi sekalian menguras kantong mereka. Di Las Vegas banyak tempat2 yang cukup spektakuler misalnya Hotel MGM Grand dengan kamar 5.000 an lebih tempat pertarungan tinju klas berat sering diadakan disini, dalamnya lengkap dengan restoran dan berbagai atraksi hiburan, Hotel Luxor dengan kamar diatas 3 ribuan ditengahnya dibangun  sungai-sungai Nil yang dapat dilayari kapal seolah berwisata kesungai Nil, namun pada kunjungan tahun 2008 sudah tidak ada lagi hanya hotelnya yang berbentuk piramida sudah jadi dua.

Hari berikutnya kami sudah bersiap terbang dari Las Vegas ke San Fransisco, sekitar 1 jam penerbangan  kami menginap di Hotel Radison, San Fransisco terkenal paling banyak penduduk yang berasal dari Asia, termasuk petugas resepsion hotel dimana kami menginap berasal dari Korsel, jangan ditanya soal makanan asia cukup banyak tersedia. Tempat wisata yang terkenal cukup banyak untuk dikunjungi, kami sempat melihat Jembatan  “Golden Gate” yang fenomenal itu, Presidio lokasi film dengan judul yang sama yang dibintangi San Conery,  pada kunjungan berikut kami sempat naik Ferry dari Fisherman Wharf ke “mantan” penjara Alcatraz yang  terkenal pula di film “Escape from Alcatraz”. Pertama kali melihat anjing2 laut bebas dialam ya di Fisherman Wahrf San Franmsisco ini, di San Fransisco ini terdapat “the most crocest street in the world” alias jalan paling berkelok didunia, cukup curam jadi rutenya harus dari atas.

Dari San Fransisco kami terbang menuju Los Angeles dengan penerbangan pendek satu jam-an, di LA kami menginap di Holyday Hotel Anaheim, lokasinya gak jauh dari Disneyland, sehingga bisa jalan kaki mengunjungi Disneyland, acar selanjutnya adalah mengunjungi Universal Studio lihat bagaimana film dibuat; Kingkong, Benji, Night Rider dll, lalu berkeliling Holywood ngintip rumah para bintang film beken, dan sempat mampir ke Rodeo Drive tempat mahal belanjanya para orang kaya dunia. Di LA juga sempat ke Chines Theater sekalian lihat “hall of fame” nya para bintang ternama, dan tak ketinggal pasti ke “China Town” untuk cari makan nasi disana.

Syukur selama perjalanan gak pernah terganggu kesehatan penulis. badan masih kuat perjalanan dilanjutkan ke Honolulu, Hawai ini perjalanan cukup panjang dan iklim persis seperti di Indo, kami menginap di Hotel Miramar Waikiki Outdriger Str, letak hotel yang dipinggir pantai Waikiki memudahkan untuk jalan2, sorenya nonton tari hula-hula goyang pinggul penarinya membuat para penonton terpesona, disana tersedia mobil angkutan terbuka yang berhenti disetiap obyek turis cukup bayar sekali bisa turun dan naik sesuka kita, mau lihat monumen Pearl harbour yang di bom tentara Jepang atau sekedar belanja2 sovenir, yang hampir semua kiosnya dimiliki orang Jepang disana.

Dari Honolulu kami terbang jauh ke Hongkong via Tokyo, di Hongkong sudah malam lansung kami ke hotel karena rencanannya besoknya terus ke Beijing, besok paginya ngantri checkin rebutan ke Beijing sampai siang gak dapat, akhirnya tinggal penulis sendiri yang mau ke Beijing tapi sampai malam gak ada kepastian, akhirnya penulis nyerah langsung ke counter garuda dan Alhamdullilah dapat peberbangan langsung ke Jakarta. Perlu di ketahui bahwa pada saat ini wisata ke Beijing masih sulit dan terbatas sekali fasilitasnya, alhasil tiket Hongkong-Beijing pp berikut voucher hotelnya gak terpakai.
Secara tidak sadar apa yang penulis lakukan dalam perjalanan adalah betul-betul keliling dunia dimana rute berangkat berbeda dengan rute pulangnya yaitu; Jakarta-Frankurt-London-Frankfurt-New York-Washingtong-Las Vegas-San Fransisco-Las Vegas-Los Angeles-Honolulu-Tokyo-Hongkong-Jakarta, yang secara keseluruhan memakan waktu 23 hari, 56 jam terbang diudara, melewati 3 benua;  Asia, Eropa, Amerika dan menjelajah  lebih dari 21 kota kecil, besar dan metropolitan dan ini dilakukan 1 kali perjalanan lho (bp).

Tidak ada komentar: