link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Minggu, 27 April 2008

4G mencapai 1 Gbps

Kedodoran Mengejar Kecepatan
dari c3nt0ng b0is -

Kecepatan akses merupakan syarat penting untuk menyelenggarakan komunikasi masa depan, di mana aplikasi video semakin dominan. Namun, yang tergambar dalam Kongres 3GSM Dunia yang berlangsung 12-15 Februari memberi gambaran yang nyata bahwa kecepatan bukanlah segala-galanya saat ini.
Dambaan terhadap kecepatan akses dari sebuah terminal ke jaringan memang masih sangat tinggi, terutama bagi negara seperti Indonesia yang baru memulai era 3G (generasi ketiga telepon seluler) dan teknologi evolusinya untuk bisa menyamai kenyamanan berponsel dengan negara-negara maju lainnya.

Beberapa negara di Asia bahkan sudah melirik jaringan 4G, di mana kecepatan bisa mencapai 100 megabit per detik (Mbps) untuk mobile atau sekitar 1.000 kali kecepatan GPRS. Bahkan untuk keadaan diam, 4G bisa mencapai 1 gigabit per detik (Gbps), sebuah kecepatan yang sulit dipercaya untuk kondisi negara berkembang saat ini.

Perusahaan jaringan Ericsson, Selasa (13/2), bahkan sudah mendemonstrasikan kecepatan bergerak sampai 144 Mbps. Teknologi yang disebut LTE (long term evolution) ini bahkan diharapkan sudah bisa diimplementasikan tahun 2009 atau setahun lebih cepat dari 4G yang digagas perusahaan seperti NTT DoCoMo dari Jepang yang saat ini sedang mengembangkan teknologinya.
"Ya, kami sedang mendorong sebuah teknologi untuk penerapan teknologi 4G. Dari segi kecepatan untuk kondisi bergerak kami sudah bisa memenuhinya, namun tentu ini bukan pemenuhan persyaratan tunggal seperti yang diminta itu," kata Hakan Djuphammar, VP Systems Management Ericsson, menjawab pertanyaan Kompas seusai menjelaskan soal LTE kepada wartawan Asia Tenggara.
Untuk menuju kecepatan 144 Mbps ini, Ericsson juga melakukan langkah evolutif dengan mengembangkan berbagai solusi kecepatan. Setelah teknologi HSDPA (high speed downlink packet access), sebuah evolusi dari 3G dengan meningkatkan kecepatan downlink, kali ini mereka juga memperkenalkan HSUPA (high speed uplink packet access).
Perusahaan Swedia ini sudah menggelar jaringan HSDPA di 53 negara, termasuk Indonesia. Dan perusahaan vendor infrastruktur telepon bergerak terbesar dunia ini yakin layanan HSUPA bisa dilakukan pada paruh pertama tahun 2007. Sementara kartu PC untuk akses ke internet melalui laptop/notebook diharapkan sudah ada beberapa bulan lagi dan menyusul ponsel pada paruh kedua tahun yang sama.
Saat ini kartu PC yang dibuat Sony Ericsson, perusahaan kerja sama antara Ericsson dan Sony (Jepang), sudah mengeluarkan kartu PC untuk HSDPA, yaitu PC300 dengan kemampuan downlink sampai 3,6 Mbps dan uplink 384 kbps. Untuk HSDPA, kemampuan downlink sama, hanya uplink bisa mencapai 1 Mbps dari kecepatan maksimal 5,7 Mbps.
Mengejar konten
Ketika akhir tahun lalu tiga operator seluler Indonesia memulai 3G muncul cibiran dari sebagian masyarakat yang sudah mulai merintis jalan menuju layanan 4G. Namun, yang menjadi persoalan adalah bagaimana mengisi pipa lebar itu, di mana untuk 3G saja saat ini masih kedodoran mengisi kontennya.
Untuk kongres 3GSM atau kongres 3G bagi layanan yang berafiliasi pada GSM kali ini bahkan sangat gencar mendorong pemenuhan konten. Selain TV bergerak yang sudah bergulir sejak setahun lalu pada kongres 3GSM di tempat yang sama, kali ini adalah bioskop bergerak.
Hal serupa lebih mengendala bagi operator di Indonesia. Tidak heran jika sebagian pengguna ponsel masih skeptis dengan aplikasi yang diharapkan memang dibutuhkan. SMS masih dinilai merupakan solusi praktis dan tidak sulit untuk dilakukan siapa saja.
Bahkan, Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan A Djalil yang diwawancarai tiga wartawan Indonesia, Selasa lalu di Barcelona, mengaku masih melihat banyak PR yang harus diselesaikan pihaknya. Sementara solusi global mobile money transfer yang tidak perlu jaringan 3G bisa menjadi solusi sangat berguna bagi Indonesia, terutama TKI yang berada di luar negeri.
GSMA melalui ketuanya, Craig Ehrlich, sedang menggarap program pembayaran melalui ponsel. Dalam wawancara dengan beberapa wartawan Asia Tenggara, Rabu (14/2), terungkap setidaknya ada 14 operator seluler sedang merancang cara pembayaran untuk barang dan jasa layanan di seluruh dunia.
Saat ini yang menjadi prioritas pengembangan infrastruktur di Indonesia adalah membuat jaringan backbone yang kuat. Sofyan Djalil bercita-cita menghubungkan setiap kabupaten atau kota dengan jaringan serat optik, gagasan yang pernah ada dengan konsep N21 merupakan persyaratan mutlak untuk bisa maju ke depan.
"Jika jaringan backbone sudah terbentuk, maka untuk mengembangkan berbagai solusi ke depan juga akan sangat mudah," katanya. Persoalan kawasan berpulau-pulau merupakan salah satu kendala, tapi pengembangan konten lokal diharapkan juga tumbuh.
"Sungguh mengerikan jika nantinya konten lokal tidak bisa dipenuhi oleh perusahaan dalam negeri. Maka pemenuhan konten harus didorong," tambahnya.
Layar keempat
Kongres dan pameran yang dihadiri sekitar 60.000 orang ini lebih mengangkat isu ponsel sebagai Layar Keempat. Ponsel sekarang bukan lagi hanya bisa SMS, tetapi sudah merupakan media hiburan yang disebut sebagai layar keempat setelah televisi, bioskop, dan komputer.
Untuk memenuhi konten film, GSMA (Asosiasi GSM) yang menyelenggarakan hajat besar ini bekerja sama dengan Sundance Institute mengembangkan proyek film-film pendek. Kerja sama ini bertujuan mengupayakan agar film-film pendek bisa dinikmati pengguna ponsel di seluruh dunia.
Bahkan secara khusus kongres kali ini juga diramaikan dengan film-film India yang tampaknya juga akan mengisi peluang yang diberikan. Dengan membawa tema "Bollywood Goes Mobile" akan semakin meramaikan konten film-film pendek untuk konsumsi ponsel.
Shine dan komunikator baru
Dalam kongres kali ini juga masih terlihat pertarungan para vendor dengan berbagai produknya. Termasuk di antaranya persaingan sistem operasi untuk perangkat ponsel pintar atau PDA phone yang ke depan akan semakin sengit dengan berkembangnya internet bergerak.
Popularitas Mobile Linux di Jepang dan China tampaknya akan menjadi perhatian serius bagi vendor maupun operator di Eropa, di mana sistem operasi Symbian yang dipromotori vendor di Eropa masih merajai.
Diperkirakan, Linux bisa mengambil pangsa pasar Symbian pada 2010. Bahkan Motorola yang saat ini menduduki peringkat kedua pasar ponsel global menggunakan Linux sebagai sistem operasi sebagian dari ponsel yang mereka pasarkan.
Bagaimanapun sistem operasi akan menjadi medan pertempuran baru dalam industri telekomunikasi bergerak. Di mana saat ini menguasai sistem operasi untuk PC, yaitu Microsoft juga mengeluarkan Windows Mobile 6.0 selain juga sudah meluncurkan sistem operasi Vista untuk PC.
Sedangkan produk ponsel masih dominan untuk ponsel yang mementingkan bentuk. Sebut saja LG Electronics yang ingin merebut pangsa pasar ponsel GSM tampak sangat serius dengan memperkenalkan ponsel 3G pertamanya yang disebut Shine.
Ponsel yang dikemas dengan metal ini merupakan ponsel kedua dalam kelas premium Black Label Series yang dibuat perusahaan Korea Selatan ini. Gaya minimalis sebelumnya ada pada ponsel Chocolate yang menjadi tren dan LG mencoba mengulang sukses melalui Shine yang juga telah diluncurkan di Jakarta pada Kamis kemarin.
Produk lain kali ini memang tidak segegap gempita tahun sebelumnya, di mana bahkan Microsoft waktu itu merintis Origami bersama beberapa vendor. Kali ini Nokia mencoba tampil beda dengan berbagai solusinya, termasuk meluncurkan ponsel komunikator barunya yang mereka sebut dengan nama E90.
Sementara pihak GSMA juga lebih memberikan penghargaan pada ponsel yang telah diluncurkan tahun lalu. Ponsel cybershot Sony Ericsson K800 berhasil memenangkan gelar sebagai ponsel terbaik dalam Kongres 3GSM Dunia 2007.
Penghargaan Global Mobile Award Asosiasi GSM (GSMA) tahunan ke-12 lainnya adalah Motofone F3 sebagai ponsel dengan harga ultrarendah terbaik saat ini. Sedangkan ponsel GSM terbaik diraih Samsung dengan SGH-D900, sementara perusahaan Korea ini sedang mati-matian menggarap ponsel bertemakan ultra, terutama ultratipis dengan berbagai promosi yang terlihat di segala sudut Kota Barcelona.
(AW Subarkah dari Barcelona, Spanyol)

Dark Fiber: kabel serat optik cadangan

APJII naikkan kapasitas IIX
oleh : Deriz Ss
Bisnis Indonesia

JAKARTA (Bisnis): Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) segera menaikkan kapasitas pertukaran data node jaringan interkoneksi nasional dari 10 Megabit per detik (Mbps) menjadi 1 Gigabit per detik (Gbps). Saat ini, baru dua node Indonesia Internet Exchange (IIX) di Jakarta yang ditingkatkan kapasitasnya, yakni antara IIX-JK2 di gedung Cyber dan IIX-JK3 di Plaza Kuningan, node ketiga adalah IIX-JK1 terletak di gedung CBD.
Kepala Bidang Organisasi APJII Sapto Anggoro mengatakan peningkatan itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan transmisi data anggotanya yang semakin tinggi, selain untuk mewujudkan blueprint jaringan IIX.
"Ini dimaksudkan agar para ISP sebagai anggota APJII dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggannya masing-masing", katanya di kantornya siang ini.
Peningkatan kapasitas di kedua node itu akan dilanjutkan pada node IIX-JK1 ke IIX-JK2 dan IIX-JK1 ke IIX-JK3 dalam beberapa bulan ke depan sehingga tercipta arsitektur jaringan berbentuk alur segitiga (link triangle).
Melalui arsitektur seperti, kerusakan pada salah satu jalur serat optik yang menghubungkan ketiga node itu tidak akan menghambat transmisi data karena dialihkan ke jalur yang lainnya.
Untuk mempercepat pembentukan alur segitiga itu, APJII juga menawarkan kepada perusahaan untuk menyediakan jasa 'dark fiber' yang menghubungkan ketiga node IIX tersebut.
Istilah dark fiber merujuk pada kabel serat optik cadangan yang umumnya dipasang operator telekomunikasi atau penyedia layanan. Jalur ini bisa disewakan kepada individu atau perusahaan lain yang ingin memiliki koneksi optikal.
Dalam sistem sewa ini, perusahaan atau operator pemilik kabel tidak menyediakan komponen apapun untuk menjalankan dark fiber karena menjadi tanggung jawab penyewa. [Close]

Network DRC Bank Indonesia memakai DWDM 8 GBps

Menjamin Layanan Bank Sentral yang Prima

Ketika sistem TI menjadi terpusat dan terintegrasi,
beban utama teknologi beralih dari perangkat
keras dan lunak ke masalah jaringan. Ia harus
mampu menyalurkan data transaksi dalam jumlah
yang sangat banyak tadi. ”Dalam sistem yang
terpusat, kuncinya ada di jaringan,” kata Erman.
Guna memastikan ketersediaan layanan yang
andal, aman, dan murah, BI mempercayakan ketersediaan
jaringannya kepada TELKOM solution
Business Partner.

Berbagai aplikasi
transaksi, misalnya SKNBI ataupun aplikasi informasi
seperti Sistem Informasi Debitur (SID), Laporan
Harian Bank Umum (LHBU), Bank Indonesia
Government e-Banking (BIG-eB),
menggunakan jaringan yang disediakan PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk.

Tak hanya itu, guna
menjaga continuity of business dan sebagai back
up jaringan BI telah mengoperasikan DRC (Disaster
Recovery Center) yang didukung oleh TELKOM
melalui teknologi DWDM (Dense Wavelenght
Digital Multiplexer) sebagai salah satu inovasi
layanan penyediaan link berkecepatan 8 GB.

Di mata Erman, TELKOM solution
Business Partner mampu
memenuhi seluruh persyaratan
yang dibebankan BI. Keandalan
jaringan didukung sistem backup.
Ketika jaringan utama mati, karena
satu dan lain sebab, jaringan
pendukung segera mengambil
alih tugas. Keamanan jaringan TELKOM juga
sudah teruji. ”Ada jaminan bahwa transaksi tak
’dipotong’ di tengah jalan,” kata Erman.

Sementara
itu, berkat penerapan teknologi berbasis internet
protocol, BI dan TELKOM menjalin perjanjian
bandwidth on demand. Artinya, besarnya bandwidth
yang disediakan dapat disesuaikan dengan
permintaan dan kebutuhan BI pada waktu tertentu.
Erman mengaku puas dengan layanan yang
disediakan TELKOM solution Business Partner.
Ia mencontohkan, ketika Jakarta dilanda
banjir besar tahun silam, sistem komunikasi BI
bisa bertahan berkat kesigapan petugas TELKOM
dalam mengatasi masalah teknis yang terjadi.
”Dari level direksi hingga petugas lapangan terjadi
komunikasi yang intensif. Kami merasa sangat
diperhatikan,” kata Erman. Ia berharap TELKOM
terus meningkatkan kemampuan dengan teknologi
terbaru agar dapat memenuhi tuntutan industri.

http://www.telkom.co.id/images/articles/Image/telkom_solution/Telkom-BI.pdf

BCA dengan DWDM antar Data Center

Datacraft bangun pusat data BCA
Tech Info Tue, 09 Oct 2007 10:08:00 WIB

Jakarta -PT Datacraft Indonesia, penyedia jasa dan solusi teknologi informasi, memenangkan kontrak untuk merancang, membangun, dan mendukung infrastruktur pusat data generasi berikutnya bagi Bank Central Asia (BCA).

Proyek tersebut rencananya meliputi desain dan konstruksi dari dua pusat data generasi mendatang di Jakarta dengan konektivitas berkecepatan tinggi.

Bambang Patrap Yakin, Presiden Direktur PT Datacraft Indonesia, menuturkan BCA telah menjalin kerja sama dengan Datacraft untuk penyediaan layanan Uptime lebih dari tujuh tahun.

"Pemahaman terhadap operasional pusat data BCA dan kemampuan eksekusi memperkuat posisi kami dalam memenangkan proyek tersebut," ujarnya baru-baru ini tanpa menyebutkan nilai proyek tersebut.

Datacraft, jelasnya, akan menyediakan infrastruktur pendukung untuk berbagai aplikasi mulai dari aplikasi yang sarat berbasis web, komunikasi suara yang peka terhadap delay atau penundaan, paket system network architecture (SNA) untuk jaringan, replikasi penyimpanan dengan bandwidth tinggi dan enkripsi transaksi keuangan.

Layanan Uptime dari Datacraft yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis itu juga untuk mendukung sistem-sistem yang vital. Untuk proyek BCA, layanan akan didukung dengan jaringan high-speed dense wavelength division multiplexing (DWDM) antarpusat data untuk melindungi seluruh proses transaksi selama waktu operasional.

Hendra Justiwan Tungadi, Senior IT Manager Bank BCA, menjelaskan Datacraft akan memberikan jasa konsultasi, rekayasa (engineering) dan pengendalian, termasuk rencana pemulihan jaringan bencana.

"Infrastruktur yang baru ini juga akan dikelola oleh divisi pemeliharaan dan dukungan Uptime dari Datacraft agar respons dan penyelesaiannya cepat terhadap permasalahan infrastuktur TI yang muncul," paparnya.

Proyek itu sejalan dengan misi BCA menjangkau pasar keuangan internasional dan beroperasi 24 jam selama tujuh hari dalam sepekan.

Oleh Roni Yunianto